Senin, 02 April 2012

Minggu, 01 April 2012

Perahu Tenggelam

17 Juli 2011

Ku benamkan tubuh ini ke dasar laut nan biru berombak. Ku tenggelamkan perasaan biruku sedalam-dalamnya hingga tak ada celah cahaya mampu menembus kegelapan mimpiku bersamanya. Biruku telah lenyap bersama ombak di Laut antartika nan dingin sedingin hari-hariku tanpa senyumnya. Selagi kutenggelamkan imajinasiku tentang perasaan biruku, memoriku tentang pesonanya tiba-tiba terlintas begitu cepat menembus ruang dan waktu. Diriku seolah-olah berada di masa lalu ku. Banyangannya terus saja dalam memoriku. Semakin ku berusaha menghapusnya tiba-tiba ku temukan diri ini lemah tak berdaya tanpa kehangatan cintanya. Tak perlu kata-kata indah mendatangkan hangat cintanya itu, hanya senyum darinya saja diri ini terasa terbang melayang bersama merpati putih mengelilingi cakrawala.

Tik.. tik.. tik.. mataku mulai berat dan lelah. Bunyi jam dinding di kamar mengiringi imajinasiku perlahan-lahan. Tik.. tik.. tik.. tik..

Bersama matahari terbit, ku rebahkan jasad ini di bawah sinar matahari pagi yang cerah. Hatiku terasa nyaman dan terbang di sejuknya embun pagi. Terdengar kicauan burung kenari sedang bernyanyi bersama mentari. Hari itu terasa syahdu seperti melodi simfoni terindah sepanjang zaman dengan gemericik air sebagai instrumen utama. Rumput pun laksana permadani yang lembut di kerajaan Sulaiman. Kurasakan. Kuhirup. Dan kurenungkan. Hari itu adalah hari terakhir kulihat senyumnya yang menghiasi wajahnya yang cantik. Tak pernah kutemui senyum yang seindah senyumnya.

……